Kesalahan Edison


Seringkali sesuatu terjadi pada malam hari. Malam itu, dalam ketebalan kabut yang tiada henti menyelimuti tanah yang menggerai luas, temaram cahaya putih masih membantu untuk menjadi destinasi yang pasti sebelum mati dalam rengkuhan Hades yang akan memberikan mayat kepada kraken atau Kolongwewe yang akan menyimpan sandranya di belah dadanya hingga kehilangan napas. Kuputuskan untuk pergi ke cahaya tersebut. Ketika sampai di temaram cahaya itu, yang menggantung di atap teras sebuah rumah yang bertuliskan “Dijual” di atas papan yang dipaku di atas pintu yang tertutup rapat dengan sarang laba-laba yang tersebar di sana-sini, dengan nomor telepon yang malas kuhafal karena aku tak berniat untuk membelinya, aku mempertanyakan suatu hal. Sudah pasti ini pekerjaan bodoh, karena bukannya memikirkan jalan yang lebih pasti, aku malah mempertanyakan pertanyaan yang mungkin orang lain tak akan memikirkannya dalam situasi seperti itu. Lampu? Dan yah, lampu ini sudah membuatku lebih tenang untuk sesaat di dalam kabut tebal. Tapi sebenarnya aku tak terganggu sedikitpun oleh kabut tebal ataupun lolongan anjing atau serigala di sudut sana, aku lebih terganggu dengan lampu ini. Aku bukan makhluk bodoh yang tidak tahu siapa pembuat benda bercahaya ini. Tapi aku merasa bodoh saat ini tidak tahu kenapa. Mungkin karena sekarang aku memperhatikan lampu tersebut dengan wajah tolol. Atau pemikiran bodohku yang menanyakan hal bodoh ini. 
   Sesaat kemudian, kulihat langit malam yang dikungkung kegelapan. Jika dunia adalah manusia dan kegelapan adalah sebuah selimut, maka mungkin dunia akan megap-megap karena tebalnya gelap malam itu menutupi wajahnya. Tak kulihat satu pun bintang di sana, hanya bulan bertengger sendiri di langit, kesepian dengan tatapan bumi yang gelap tanpa rasa. Lalu kuingat perkataan seorang teman bahwa tak adanya bintang-bintang karena pantulan lampu-lampu di bumi yang sudah tersebar dimana-mana. Ini terbukti, cahaya melawan cahaya, maka salah satunya akan hilang dan bukannya tambah terang. Seperti manusia melawan manusia saja, maka salah satunya akan mati. Mungkin pernyataan ini bisa dijadikan sebagai rumus dasar. Yang nantinya akan berguna ke banyak hal seperti kebaikan melawan kebaikan, maka salah satunya tak akan terlihat. Cahaya-cahaya, yang membantu banyak manusia untuk banyak hal, menutupi teman-teman bulan untuk setiap malam, menjadikannya sendiri bercahaya di tatapan makhluk-makhluk, tanpa suara-suara kecil dari gemerlap mereka. 
   Lalu aku sadar bahwa dulu sekali, para astronom, pelaut, peramal cuaca, pejalan kaki, dan banyak dari orang-orang yang belum menemukan cahaya selain api, menikmati dan menggunakan keindahan dan susunan dari konstelasi bintang-bintang yang berkelap-kelip di sekitar bulan, yang menemaninya dari setan dan iblis yang berterbangan di udara dingin mencekam. Tiap malam, ketika perasaan gundah pun, kita bisa melihat langit malam yang dipenuhi bintang-bintang yang akan memusnahkan perasaan jengkel itu. Bahkan anak-anak kecil pasti hafal nama-nama rasi bintang. Tapi sekarang, cucu-cucu mereka (termasuk aku) hanya bisa menatap langit dengan kesendirian rembulan. Berharap melihat apa yang sering kami lihat di televisi mengenai angkasa luas yang menghadirkan berjuta-juta keindahan tak ternilai di setiap malam. Dan aku mengkonklusikan bahwa semua ini adalah salahnya, si pembuat lampu yang wajahnya terpampang di buku-buku fisika, ensiklopedia, listrik, dan buku-buku jenis lainnya yang berkaitan dengan lampu. Di satu sisi memang ia sangatlah berjasa, tapi di sisi lain mata kita dibungkam oleh ciptaannya, yang sudah menjadi sejarah selama ratusan tahun, untuk melihat langit yang seharusnya penuh dengan gemerlap. Tapi aku tak bisa memprotes hal besar ini, karena aku hanya seekor kambing yang kehilangan arah. 

Comments

  1. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  2. Ibuku bilang, "Lampu tidak berdosa sayang, salahkan Edison!"
    Lalu ia berdiri di samping jendela, "Meski tak nampak, bintang selalu dirindukan. Kau tau kenapa? Karena cahaynya tak akan pernah padam."

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ketua apa kabar? Sudah sehatkah? Why number unactive?

      Delete
    2. Terimakasih atas pemberian kata-katanya. Indah.

      Delete

Post a Comment

Popular Posts