Catatan Uranus ke-22
Bagian III
kusudahi bingkai-bingkai dinding ini
saat kau tempurung menatap diri
angin lebat dalam sayat waktumu
kuhidupi sebagai sejumlah tamu
persona hilang, tertelan awan
darah terpilin, terlilit pusing
aku adalah duduk,
adalah diam,
adalah umpat,
adalah lelap,
adalah lipatan-lipatan lambat
ada pakaian-pakaian kering yang kau belum angkat,
ada jari-jemari yang belum kau semat,
mainan-mainan berserakan dalam lambung,
sedang makanan berlompatan di gang ujung
pintu sore itu belum kau tutup meski kutahu kau ada di sana menatap sekawanan kosong menatap tak keberlangsungan ingatan jarak jauh
kau adalah gerak,
adalah penat,
adalah serak,
adalah lari,
adalah biri-biri di balik jeruji
saat gorden terhuyung tertiup angin, aku mulai mati dihabis malam; di mana kau tak lagi menonton televisi, dan memasak air meski tak akan pernah matang
___
kesekian kalinya ia lupa bernapas,
lupa bahwa tak ada lagi perangkat keras,
bahwa suara-suara hewan dalam goa yang kemarin ia temukan
hanyalah fatamorgana keramaian,
benar-benar lupa dirinya untuk bernapas,
dan menatap langit yang memerah
tapi pintu kamarnya selalu mengingatkan:
untuk mandi sebelum malam,
untuk makan jauh sebelum tidur,
untuk tak lagi menyimpan berbagai macam objek acak di kepala,
untuk berdamai pada ketidakteraturan
debu dan semut sering merambah wajahnya,
masuk tertelan mulut-tubuhnya,
terhirup lubang hidung-telinganya,
terserap pori-kukunya,
lalu menjadi dirinya, menjadi ruang yang lupa
namun di atas langit memerah,
matahari dan bulan tak lagi berjarak,
mereka memudar dalam lingkar air perak,
penuh gores ancam
penuh loreng temaram
di bagian dalam dadanya selalu hadir hati orang lain,
yang merana karena runtuhnya balok-balok sebuah bangun,
lalu sesekali rumah siputnya memekak dalam gulita-gurita,
mencari cercah suara-suara mamalia/unggas dalam goa
tapi gerbang rumahnya selalu menasihati:
bahwa pengunduhan diri belum usai,
bahwa pohon tak perlu selalu dipanjat,
bahwa terkadang berjalan saja tak perlu berlari,
bahwa susunan anak tangga bisa diacak
ia bongkar sebuah almari, tak lama sebuah gedung hancur terisolasi
Comments
Post a Comment