Menjaga Napas Terus Mengunduh



Ada banyak dinding. Ada banyak dinding di matamu. Ada banyak dinding putih di matamu. Ada banyak sekali dinding-dinding di matamu yang berkilau. Ada banyak sekali dinding-dinding beragam jenis di matamu yang berair. Ada banyak sekali dinding-dinding beragam jenis dan bentuk di matamu yang berair lalu menangis. Ada banyak sekali dinding-dinding beragam jenis dan bentuk yang tidak unik di matamu yang berair lalu menangis tersedu-sedu. Ada dan tiada banyak sekali dinding-dinding beragam jenis dan bentuk yang biasa saja di mata-matamu yang menangis tersedu lalu menggila. Aku melihatnya dari jauh, tak hendak mengingatkan bahwa ada dan tiada banyak sekali dinding-dinding beragam jenis dan bentuk yang biasa saja di sejumlah matamu yang sedang menangis, lalu kutatap dirimu yang menggila. Lalu aku ikut menggila di dalam matamu yang berisi dinding-dinding tak unik itu, menyelam ke kedalaman, ke tekanan-tekanan serupa bangau atau flamingo. Aku dan kamu menabrakkan diri ke dinding-dinding di matamu, mencoba meragamkan bentuk, mencoba tak menjadi gila, mencoba menangis tanpa suara. Aku tetap mendengarmu. Kamu tetap tak mendengarku. Aku tetap tak mendengarmu. Kamu tetap mendengarku. Dan aku dan kamu dan kita kesemuanya kami. Terburai dinding-dinding di matamu dan kini mataku yang berair lalu menggila. Kamu menyelam, berdansa di kedalaman, dan aku diam tak bagai batu, bagai hewan yang bermetamorfosis dalam cangkang kura-kura. Karena aku tak lebih dari bebatuan di atas cangkang, dan dirimu adalah daging yang berkembang berterbangan. Aku unduh dirimu. Dan dirimu mengunggah diriku. Aku buka pintu-pintu labirin, dan kamu tutup semua jendela agar hantu-hantu tak kerap masuk. Kulihat lagi dirimu, ada banyak dinding. Ada banyak dinding di matamu. Ada banyak dinding putih di matamu. Ada banyak sekali dinding-dinding di matamu yang menggila dan menjaga kekacauan dalam bingkai dan mimpi tiap hewan.

Comments