Hari Libur Sebuah Kerangka

Kristian Hammerstad. Oslo, Norwegia.

Leonora Carrington

Kerangka itu merasa sangat bahagia seperti orang gila yang terlepas dari baju pengekangnya. Ia merasa merdeka bisa berjalan tanpa daging. Para nyamuk tak lagi menggigitinya. Ia tidak perlu mencukur rambut. Tak merasa lapar maupun haus, panas ataupun dingin. Juga jauh dari kejamnya cinta. Untuk beberapa saat, pria Jerman, seorang profesor kimia, telah mengamatinya, dan berpikir mungkin bisa mengubah kerangka itu menjadi barang tiruan yang lezat: dinamit, selai stroberi, juga sauerkraut yang diperindah. Kerangka itu tahu bagaimana bisa lolos darinya, dengan membiarkan tulang zeppelin muda terjatuh, lalu sang profesor menerkamnya, sambil membacakan himne kimiawi dan menutupi kerangka itu dengan ciuman panas.

Losmen si kerangka memiliki bagian atas yang kuno dan bagian bawah yang modern. Atapnya adalah langit, lantainya adalah bumi. Pondokan itu dicat putih dan dihiasi bola-bola salju di mana sebuah jantung berdetak. Ia terlihat seperti tugu transparan mengimpikan payudara yang menggairahkan, memandang tanpa mata, dengan senyum yang menyenangkan dan tak terlihat, ke pasokan hening tak terbatas yang mengelilingi bintang milik kita.

Si kerangka tidak menyukai malapetaka, tapi untuk memberi kesan bahwa hidup memang memiliki waktu yang tak menentu, ia telah menaruh bidal besar di tengah apartemennya yang indah, di mana ia duduk dari waktu ke waktu seperti seorang filsuf sejati. Sesekali ia berdansa beberapa langkah menyesuaikan irama lagu ‘Danse Macabre’ karya Saint-Saëns. Tapi ia berdansa dengan anggun, dengan sejenis ketidakberdayaan, dengan gerakan tari tengah malam di lahan pekuburan kuno nan romantik, yang tak seorang pun melihatnya lalu akan berpikir sesuatu yang tak menyenangkan.

Setelah merasa puas, ia menatapi Bima Sakti, sepasukan tulang yang mengelilingi planet kita. Berkelip, berkilau, dan bersinar dengan seluruh kerangka kecil tak terhitungnya yang menari, melompat, jungkir balik, dan melaksanakan tugas mereka. Mereka menyambut yang mati dari seribu ladang kemuliaan, kemuliaan milik para hiena, ular berbisa, buaya, kelelawar, kutu rambut, katak, laba-laba, cacing pita, kalajengking. Mereka memberikan nasihat pertama, membimbing langkah pertama mereka yang baru mati, yang celaka dalam pengabaian, seperti bayi yang baru dilahirkan. Kelompok terkemuka kami yang menjijikkan, juga saudara, saudari, paman, dan bibi kami yang berbau seperti babi hutan liar dan punya hidung berkarak tiram kering, mengalami perubahan bentuk saat sekarat, menjadi kerangka. Pernahkah kau mendengar rintihan menakutkan dari orang mati dalam pembantaian? Itu adalah perasaan kecewa yang mengerikan dari orang mati yang terlahir kembali, yang pernah berharap dan layak untuk tidur abadi tapi malah tertipu, terperangkap dalam rasa sakit dan kesedihan yang tak berujung.

Si kerangka bangun setiap pagi, bersih seperti silet Gilette. Ia hiasi tulang-tulangnya dengan dedaunan herba, menyikat giginya dengan timun Jepang tua, dan mewarnai kukunya dengan Fatma Red. Sore harinya, ketika waktunya menikmati koktail, ia pergi ke kafe di sudut jalan, di mana ia membaca Necromancer’s Journal, surat kabar yang disukai para mayat luhur. Ia sering menghibur dirinya sendiri dengan memainkan sejumlah trik kotor. Pernah sekali ia berpura-pura merasa haus dan minta dibawakan alat-alat tulis; ia tuangkan isi bak tinta di antara rahang ke bengkaraknya: tinta itu melumuri dan menodai tulang putihnya. Di waktu lain ia pergi ke toko jahil dan membeli satu stok kotoran imitasi orang Paris untuk bercanda. Suatu malam ia menaruh beberapa kotoran imitasi itu ke dalam belanga di kamarnya, dan pembantunya tak pernah kaget pada pagi harinya: karena ia pikir sebuah kerangka yang tidak makan atau minum mengerjakan urusannya seperti kita semua.

Hal ini kebetulan terjadi pada suatu hari ketika si kerangka menggambar beberapa kacang hazel yang berjalan dengan kaki-kaki kecil melintasi pegunungan, yang memuntahkan sejumlah katak dari mulut, mata, telinga, hidung, juga lubang dan rongga lainnya. Si kerangka ketakutan seperti sebuah kerangka bertemu kerangka lain di siang hari yang cerah. Di kepalanya sebuah detektor labu tumbuh dengan cepat, dengan sisi siang hari seperti roti nilam dan sisi malam seperti telur Colombus, lalu ia berangkat, dengan setengah yakin, untuk menemui seorang peramal.

________________
1. Diterjemahkan dari ‘The Skeleton’s Holiday’ dari buku berjudul sama (Penguin Random House UK, 2018). Cerita pendek ini ditulis pada tahun 1939 sebagai bagian dari novel kolaboratif dengan Hans Arp, Marcel Duchamp, Paul Eluard, Max Ernst, Georges Hugnet, Gisèle Prassinos, dan lain-lain, berjudul ‘The Man Who Lost His Skeleton’.
2. Leonora Carrington OBE adalah seniman Meksiko kelahiran Inggris, pelukis surealis, dan novelis. Ia menjalani sebagian besar kehidupan dewasanya di Mexico City dan merupakan salah satu partisipan yang bertahan dalam gerakan Surrealist tahun 1930-an. Carrington juga merupakan anggota pendiri Gerakan Pembebasan Wanita di Meksiko selama tahun 1970-an.
3. Sauerkraut adalah makanan Jerman dari kubis yang diiris halus dan difermentasi oleh berbagai bakteri asam laktat (Penj).

Comments